BUMI BELAMBANGAN
Kabupaten Banyuwangi terus mengembangkan dan menata destinasi wisata baru. Salah satu yang terbaru adalah penataan Pulau Santen menjadi destinasi berkonsep halal tourism.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tren halal tourism terus tumbuh dan harus direspons untuk mengembangkan pariwisata daerah. Konsep ini dikembangkan sebagai diferensiasi Banyuwangi terhadap daerah lain. ”Ini juga cara untuk membidik pasar kelas menengah muslim yang terus tumbuh, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Anas saat pra-peluncuran Pulau Santen sebagai destinasi halal tourism, Kamis (2/3/2017).

Anas memaparkan, konsep halal tourism tidak serta-merta destinasi itu hanya untuk kaum muslim. Halal tourism merupakan konsep besar pengembangan destinasi, di antaranya ditandai dengan jaminan makanan halal, tidak menjajakan alkohol, pemberitahuan waktu jelang beribadah (azan), tempat bersuci lengkap dengan fasilitas tempat ibadah, serta fasilitas berkonsep pemisahan antara laki-laki dan perempuan.

"Sekali lagi, ini bukan soal SARA, tapi bicara soal segmentasi pasar, bicara strategi pemasaran. Destinasi ini bukan hanya untuk muslim, tapi juga semua umat. Hanya konsep dan koridornya yang berhaluan halal tourism, tapi pengunjungnya siapapun boleh menikmati. Semuanya kita lakukan bertahap seiring dengan penataan yang akan terus berjalan,” ujar Anas. 

Pulau Santen sendiri merupakan pulau kecil di Kelurahan Karangharjo, tak jauh dari pusat kota Banyuwangi. Saat ini, pulau tersebut terus ditata secara berkelanjutan oleh berbagai elemen, mulai dari masyarakat, tokoh agama dan masyarakat, TNI, hingga Pemkab Banyuwangi.

"Hari ini sengaja kami perkenalkan konsep pengembangan Pulau Santen meski belum benar-benar tertata untuk menyemangati masyarakat dan semua elemen agar semakin kompak dan bahu-membahu menata Pulau Santen.Ini adalah contoh bagaimana modal sosial berupa kekompakan semuanya menjadi modal yang berharga dalam pembangunan daerah,” papar Anas.

Dulu, kawasan ini kumuh. Lokasinya pun tak jauh dari tempat prostitusi Pakem yang telah ditutup. Kini pulau itu mulai ditata. Tak lama lagi, di sisi selatannya, tepatnya di Pantai Pandanan, dikembangkan beach club for women yang kini desainnya digarap sejumlah arsitek kondang.

"Sembari menunggu desain beach club for women selesai, kami perkenalkan konsep Pulau Santen, sehingga semuanya bersemangat mendukung demi peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi warga,” jelas Anas.

Anas menyebut penataan Pulau Santen sebagai model "keroyokan" yang efektif mempercepat pembangunan. Semua elemen terlibat. Misalnya, Dinas Kesehatan menyiapkan Puskesmas pembantu. Dinas Pendidikan menyiapkan berbagai kursus peningkatan kualitas SDM warga. Dinas Pengairan memperbaiki infrastruktur air bersih. Dinas Pertanian mengembangkan urban farming. Dinas Perikanan memberdayakan nelayan setempat.

"Jadi ini bukan melulu soal pariwisata, tapi juga sekaligus penguatan sosial-ekonomi warga. Masyarakat, TNI, dan pemerintah terus bekerja,” ujarnya.

Anas menambahkan, konsep halal tourism diambil karena potensinya besar. Populasi umat Islam di dunia sekitar 1,6 miliar jiwa, di Indonesia lebih dari 200 juta jiwa, dan terus bertambah. World Halal Tourisn Summit memprediksi, pada 2019, perputaran uang di industri halal tourism mencapai USD 238 miliar.

"Banyak negara berlomba menggarap halal tourism. Bahkan negara dengan penduduk muslim minoritas, seperti Thailand, Singapura, dan Jepang, punya jumlah hotel dan restoran bersertifikasi halal yang lebih banyak dibanding Indonesia. Kebetulan, belum ada destinasi di Indonesia berkonsep serupa. Dengan pasar yang besar, sedikit saja masuk ke Banyuwangi tentu sangat bisa menggerakkan perekonomian lokal,"
spacer
BANYUWANGI – Sebuah foto menimbulkan sejuta arti. Lewat foto pulalah,  keindahan alam dan kekayaan seni budaya di suatu daerah bisa terejawantahkan.   Untuk mempromosikan tradisi dan keindahan alamnya, Banyuwangi menggelar lomba foto bertajuk  Banyuwangi Race Photo Competition (BRPC), 10 – 11 Maret mendatang.
Menurut Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda, lomba foto BRPC ini  merupakan cara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk mengenalkan  kekayaan seni budaya suku Osing di Banyuwangi.
“Tentunya peserta bakal banyak belajar dan menemukan hal menarik, mulai dari ciri khas rumah adat Osing, seni Barong, Gandrung, bacaan Lontar Yusuf, hingga olahan kuliner tradisional,” kata Bramuda, saat dikonfirmasi Jumat (9/3).
Dengan begitu, imbuhnya, potensi pariwisata di Banyuwangi akan lebih dikenal lewat karya dokumentasi. Sehingga target wisatawan di Banyuwangi terus meningkat.
Ajang yang digelar di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi ini dipastikan unik dan penuh tantangan. Hal itu  lantaran para pesertanya baru akan mengetahui temanya pada saat hari pelaksanaan. Dan mereka langsung hunting obyek foto saat itu juga.
“Mulanya peserta kami kumpulkan di Desa Kemiren. Nah, peserta yang sudah siap untuk mencari moment foto ini, baru kami beritahu tema foto yang diminta saat itu juga. Setelah itu mereka bisa langsung bergerak mencari obyek fotonya,” terang Bramuda.
Nantinya, kata Bramuda, akan ada dua tema, per tema waktunya 2,5 jam.
Sementara itu, Ketua Panitia BRP, Budi Chandra menambahkan, lomba ini terbuka untuk kategori pelajar mulai tingkat SD-SMA dan peserta kategori umum. Sejak  pendaftarannya dibuka pada  awal Februari hingga 8 Maret 2018, kini peserta telah mencapai lebih dari 100 orang.
“Saat ini sudah ada 150 pendaftar. Mereka tak hanya berasal dari Banyuwangi saja, tapi juga beberapa daerah lain di Indonesia. Seperti Jayapura, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera, Jakarta, Bali, Jawa Barat dan hampir semua kota di Jawa Timur,” ujar Budi.
Budi memastikan, lomba ini disajikan dengan banyak nilai edukasi. “Unsur edukasinya didapat tidak hanya lewat workshop, tapi juga   saat hunting foto bersama di Kemiren," tandasnya.
Pada hari pertama, workshop fotografi akan digelar  di pendapa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Materi workshop fotografi untuk kalangan pelajar akan disajikan oleh fotografer penyandang disabilitas, Zulkarnain, dan ahli di bidang landscape, Eko Sumartopo. Sedangkan materi untuk peserta umum dibawakan oleh fotografer senior Mario Blanco. Di hari kedua, peserta akan full diterjunkan untuk hunting  foto.
Biasanya, tambah Budi, lomba foto berkonsep race competition  seringkali digelar di area perkotaan. Namun di Banyuwangi yang ingin disuguhkan adalah suasana di desa.
“Suasana pedesaan yang kita punya, ditambah lagi dengan kekayaan seni budaya di dalamnya sangat  layak untuk ‘dijual’. Ini jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang memang sangat suka dengan suasana natural di pedesaan,” tandas Budi.
Event ini digelar untuk pertama kalinya di Banyuwangi.  Peserta akan memperebutkan Trophy Bupati Banyuwangi dan total hadiah hingga Rp 43 juta. 
spacer
Banyuwangi - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjihastuti mengunjungi Banyuwangi, Sabtu (3/11). Di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini, Susi terlihat sangat menikmati buah-buahan lokal dan kopi khas Banyuwangi. Diterima Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Menteri Susi langsung diajak menikmati manggis. Susi pun langsung mencicipi manggis asal Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. "Enak pak, manis rasanya. Walau tidak besar, tapi manis ya," kata Susi. Tak hanya itu, Susi juga sempat menikmati durian Banyuwangi, termasuk durian pelangi, salah satu varian durian lokal Banyuwangi. Susi yang dikenal suka buah durian ini mengaku terkesan dengan durian Banyuwangi. "Duriannya enak sekali, saya bisa ketagihan ke Banyuwangi gara-gara durian. Enak benar duriannya," kata Susi. Tak ketinggalan, Susi sempat menikmati kopi Banyuwangi ditemani kue kucur di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Banyuwangi. "Tempatnya menyenangkan sekali di sini. Kopinya juga enak. Bikin saya betah saja," kata Susi. Susi mengaku senang bisa datang ke Banyuwangi, bahkan dia sempat berujar, "Bagi saya, ini adalah rezeki anak saleh dan salihah bisa menikmati Banyuwangi. Semua buah dan kuliner khasnya sangat enak," puji susi. Susi berkunjung ke Banyuwangi dalam rangka kampanye program Gemar Makan Ikan. Bersama ribuan santri, Susi mengajak mereka menjadikan ikan sebagai lauk sehari-hari mereka.

spacer

kaligrafi MUI


spacer

sukses


Selamat atas kelulusannya
Semoga kesuksesan selalu mengiringi setiap langkahmu


spacer